Satu cangkul dan satu perempuan kecil
December 19, 2014 at 3:23 p | Posted in lucu | 11 CommentsAku ingat wajahnya yang setiap pagi berjalan tanpa alas kaki, memanggul cangkul di pundaknya
“Mau ke mana, pak?” Tanyaku mendekat
“Yuk ikut” jawabnya dengan suara tertahan sebatang rokok yg terselip
Aku berlari kecil di belakangnya, menginjak jejak yang ditinggalkannya. Langkahnya terlalu besar untuk kakiku yang mungil. Aku meloncat-loncat kesusahan mengikutinya. Hingga menabrak punggungnya, dan jatuh terjungkal.
Ia meletakkan cangkulnya dan segera membantuku berdiri, lalu memeriksa apakah ada luka karena terjungkal. Tak ada.
Aku menyesal terjatuh tak terlalu kencang. Aku ingin terluka, karena aku suka cara ia memanjakanku.
“Cepatlah besar” sengau suaranya terdengar saat menepuk-nepuk debu di baju mungilku.
“Kenapa?” Tanyaku heran mencari hubungan antara aku yang terjatuh dan keinginannya agar aku lekas besar.
“Supaya tak perlu lagi mengikuti jejak yg bapak tinggalkan”
“Kenapa?” Tanyaku semakin heran
“Supaya bisa membuat jejakmu sendiri”
“Kenapa?” Aku masih belum mengerti
“Supaya kamu bisa berjalan di samping bapak”
“Sekarang?” Tanyaku sambil berdiri disampingnya dan menggandeng tangannya
“Bukan dengan menggandeng untuk menuntun, tapi menggandeng karena berjalan bersama” jelasnya
“Kenapa?” Tanyaku lagi yg tak juga membuatnya jengah menjawab
“Karena suatu hari kamu akan berjalan sendiri, tanpa seorangpun menggandeng tanganmu” jawabnya sambil memegang kedua bahuku.
Aku menangis.
Aku menangis karena aku tak mau ia tak lagi menggandengku, aku tak mau ia membiarkanku berjalan sendiri. Aku ingin ia selalu ada di depanku, untuk kuikuti jejaknya yg tertinggal. Aku bahkan tak keberatan terjungkal lagi.
“Pak, aku tak mau besar”
11 Comments »
RSS feed for comments on this post. TrackBack URI
Leave a Reply
Create a free website or blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.
Sip..
Comment by bedhesbiroe— December 19, 2014 #
kalau orang pertama disini kecil, seperti yang disampaikan disini
“Aku berlari kecil di belakangnya, menginjak jejak yang ditinggalkannya. Langkahnya terlalu besar untuk kakiku yang mungil. Aku meloncat-loncat kesusahan mengikutinya. Hingga menabrak punggungnya, dan jatuh terjungkal”
bagaimana bisa menabrak punggung sang bapak yang langkahnya besar (asumsi pemilik langkah lebar ini otomatis kakinya panjang dan itu berarti sang bapak itu tinggi), ya mungkin lebih bagus menabrak punggung daripada menabrak pantat atau kesampluk pacul.
Comment by saya— January 5, 2015 #
Kubaca, lalu ku ulang lagi, dan aku tetap tidak mengerti š
Comment by LAJUPU— February 3, 2015 #
ane simak dulu artikelnya gan ..sekalian cari ilmu š
Comment by Cara Mengatasi Penyakit Sipilis— August 1, 2015 #
ceritanya sangat menyentuh sekali .. terimakasih sudah berbagi
Comment by les privat— September 4, 2015 #
Kunjungan malam, ijin ninggalin jejak bro …
Comment by Penyakit Kencing Nanah— September 26, 2015 #
gagal faham XD
Comment by Trainer NLP Indonesia 0858-6507-9257— December 14, 2015 #
ceritanya sangat menyentuh hati gan…..
Comment by daftar alamat resto— January 31, 2016 #
kok mewek bacanya mba Ulan…. š
Comment by Anonymous— December 26, 2016 #
kisah yang sangat inspiratif sekali…. makasih udah share
Comment by gaming acer— July 11, 2017 #
Seperti kisaku saat kecil.
Comment by rosihandayani— November 6, 2018 #