Jaket Dakron dan Hujan

May 18, 2018 at 3:23 p | Posted in lucu | 3 Comments
rain-2591982_960_720

Pic by Pixabay

Mengapa jaketmu tebal sekali? pikirku sambil mengamati jaket dari bahan parasut berwarna coklat tua lalu diisi dakron yang juga sering dibuat untuk mempertebal selimut. Dakron itu dijahit serupa ketupat untuk menjaga dakron dan kain tetap pada tempatnya tidak turun kebawah. tapi lama kelamaan, dakron itu akan mengisi setiap petak. tetap akan turun ke bawah. tunggu saja, batinku. tapi sebelum itu terjadi, sebelum dakron-dakron di jaketmu turun pada kotak-kotak jahitannya, kau pasti sudah membuangnya. dakron juga butuh waktu lama untuk menua. mungkin kain parasutnya yang akan duluan mati, terpapar panas dan hujan. lalu robek dan kau membuangnya, sebelum aku bisa membuktikan bahwa dakron-dakron itu memang turun ke setiap kotak jahitannya.

Aku membayangkan bagaimana rasanya memakai jaket itu. jaket itu panas sekali pasti. aku melihat kau memakainya saja sudah membuatku menjadi gerah. Belum lagi 3 botol bir yang kau pesan, 1 setengah botolnya sudah habis kau tegak.

Aku mengipas-ngipas mukaku dengan buku yang baru saja kita beli di pasar loak. buku berbau apak, berharga mahal. aku melempar buku itu karena baunya. tapi tetap gerah dengan jaketmu.

Aku menunggumu membuka jaketmu, setidaknya, melihatnya tidak membuatku berkeringat. tapi sayangnya tidak juga kau lakukan.

Kita berbicara panjang lebar tentang hidup, tentang fantasi-fantasi dan tentang mantan-mantan, aku rasa. aku tidak tahu, aku tidak konsentrasi, mungkin kau akan berfikir aku tidak peduli. mungkin kau juga merasa aku tidak cukup pintar untuk temanmu bicara. tapi otakku susah sekali tidak memikirkan jaket tebalmu. aku ingin sekali menarik dan membukanya dari tubuhmu. apa yang kau simpan? ada apa dengan tubuhmu? mengapa kau sembunyikan dalam jaket tebalmu?

Bir botol ketiga telah tandas kau teguk, sebungkus rokok juga sudah sama-sama kita hirup asapnya. kita beranjak dari tempat itu. semilir angin sepoi-sepoi bertiup. kau belum mau melepas jaket tebalmu.

Lalu hujan tiba-tiba turun. sebelumnya kita saling bertaruh, apakah hujan akan turun atau tidak. kau menang, hujan turun. kita berjalan jauh sekali ketempat berlindung. kita basah kuyup. aku meracau karena dingin.

“Bra kamu ngecap dengan baju putih”

Aku secara spontan menutup kedua tanganku melingkar di dadaku. mukaku merah karena malu. aku berbalik membelakangimu. mencoba mengutuk kebodohanku memakai baju putih tipis ini.

“Pakailah”

Jaket tebal berbahan parasut berwarna coklat tua yang diisi dakron dan dijahit serupa ketupat menempel di pundakku. pelan-pelan aku memasukkan tanganku pada lengannya. Jaket tebal ini memang hangat. hangat sekali. mungkin aku tidak akan melepasnya.

 

3 Comments »

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

  1. menarik sekali nihh mba ceritanya, berasa pengen baca lagi

  2. Ada lanjutannya gak nih?

  3. udah lama ga baca tulisannya… apa gara2 new medsos jd wp sdh seperti usang… mata rindu membaca untaian penamu


Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a free website or blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.

%d bloggers like this: